Diet ketogenik adalah terapi diet tinggi lemak dan sangat rendah karbohidrat yang telah terbukti efektif dalam mengurangi frekuensi kejang pada penderita epilepsi, baik anak-anak maupun orang dewasa. Diet ini sering direkomendasikan untuk kasus epilepsi yang resistan terhadap obat-obatan.
Manfaat diet ketogenik untuk epilepsi
- Mengurangi frekuensi kejang: Banyak penelitian menunjukkan bahwa diet ketogenik dapat mengurangi frekuensi kejang secara signifikan, bahkan pada pasien yang tidak merespons pengobatan lain.
- Meningkatkan fungsi kognitif: Beberapa pasien melaporkan adanya peningkatan pada fungsi kognitif, perilaku, dan kualitas tidur setelah menjalani diet ini.
- Mekanisme neuroprotektif: Mekanisme pastinya masih diteliti, tetapi diet ini diduga bekerja melalui beberapa cara, yaitu:
- Regulasi neurotransmitter: Memengaruhi kadar GABA (penghambat saraf) dan glutamat (perangsang saraf), sehingga menstabilkan aktivitas otak.
- Efek antioksidan: Mengurangi stres oksidatif yang dapat merusak sel-sel otak.
- Perbaikan metabolisme energi: Ketika tubuh kekurangan karbohidrat, ia beralih menggunakan keton (dari lemak) sebagai sumber energi utama, yang diyakini lebih efisien untuk otak.
Panduan menjalankan diet ketogenik
Penting: Diet ketogenik untuk epilepsi adalah terapi medis yang harus diawasi oleh dokter spesialis (biasanya ahli saraf atau ahli gizi terlatih).
1. Makanan yang dianjurkan:
- Lemak sehat: Alpukat, minyak zaitun, mentega, krim, dan minyak kelapa.
- Protein: Daging merah, unggas, telur, dan ikan (terutama salmon dan tuna).
- Sayuran rendah karbohidrat: Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli, dan kembang kol.
- Keju dan produk susu tinggi lemak.
- Kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Makanan yang harus dihindari:
- Makanan tinggi karbohidrat: Nasi, roti, pasta, dan makanan dari tepung-tepungan.
- Gula: Kue, permen, minuman manis, dan gula tambahan.
- Buah-buahan tinggi gula: Pisang, mangga, dan beberapa buah beri dalam jumlah besar.
- Sayuran tinggi pati: Kentang, ubi jalar, dan jagung.
- Minuman mengandung stimulan: Kopi, teh, dan minuman energi yang mengandung kafein.
3. Tahap awal dan pemantauan:
- Masa adaptasi: Pasien mungkin mengalami gejala seperti lesu (keto flu) pada beberapa hari pertama saat tubuh beradaptasi menggunakan lemak sebagai energi. Pastikan asupan cairan tetap terpenuhi.
- Pemantauan medis: Dokter akan memantau kadar keton dalam darah atau urine, status gizi, dan efek samping lain untuk memastikan diet berjalan aman dan efektif.
Penting untuk diketahui
Bukan obat mujarab: Diet ketogenik adalah salah satu pilihan terapi, tetapi bukan jaminan penyembuhan. Efektivitasnya bervariasi pada setiap individu.m.
Konsultasi dengan profesional: Jangan pernah memulai diet ketogenik untuk epilepsi tanpa pengawasan medis. Diet ini bukan hanya tentang membatasi karbohidrat, tetapi juga tentang keseimbangan nutrisi yang tepat.
Diet yang disesuaikan: Program diet akan disesuaikan dengan kebutuhan individu, usia, dan jenis epilepsi yang dialami.